Berikut merupakan contoh dari percobaan photoshop, mau gambar ukuran sebenarnya klik pada tulisan BEFORE dan AFTER
Tuesday, June 25, 2013
Tugas KKPI photoshop
undefined
undefined
Berikut merupakan contoh dari percobaan photoshop, mau gambar ukuran sebenarnya klik pada tulisan BEFORE dan AFTER
Friday, June 21, 2013
HUBUNGAN METABOLISME KARBOHIDRAT DENGAN DIABETES MELLITUS
undefined
undefined
HUBUNGAN
METABOLISME KARBOHIDRAT
DENGAN
DIABETES MELLITUS
BAB
I
PENDAHULUAN
Metabolisme
karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang tidak dapat
dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus
dijelaskan oleh keberadaan hormon insulin. Penderita diabetes mellitus
mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja insulin, sedangkan insulin
sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme karbohidrat. Akibatnya,
penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada metabolisme
karbohidrat
Karbohidrat
merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen.
Sebagai salah satu jenis zat gzi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil
energy di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikomsumsi akan
menghasilkan energi sebanyak 4 kkal dari energi hasil proses oksidasi
pembakaran. Karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan
otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga
atau bekerja. Di dalam sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat
yang dikomsumsi akan terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorbsi oleh
aliran darah dan ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Molekul
glukosa hasil konversi berbagai macam jenis karbohidrat inilah yang kemudian
akan berfungsi sebagai dasar bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Melalui
berbagai tahapan dalam proses metabolisme. Sel-sel yang terdapat dalam tubuh
dapat mengoksidasi glukosa, dimana proses ini juga akan disertai dengan
produksi energi. Proses metabolisme glukosa yang terjadi di dalam tubuh ini
akan memberikan kontribusi hampir lebih dari 50% bagi ketersediaan energi di
dalam tubuh, karbohidrat yang telah terkonversi menjadi glukosa tidak hanya
akan berfungsi sebagai sumber energi utama.
Diabetes
Mellitus (DM) adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh
dikarenakan ketidakmampuan tubuh membuat atau menyuplai hormon insulin yang
menyebabkan terjadinya peningkatan gula darah melebihi nilai normal. Di
kalangan masyarakat luas, penyakit ini lebih dikenal dengan penyakit gula atau
kencing manis. Gejalanya sangat bervariasi, diabetes mellitus dapat timbul
secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan
seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil atau berat badan yang
menurun.
Diabetes
mellitus dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
a.
Diabetes mellitus tipe I, disebabkan
karena rusaknya sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Lebih sering
diakibatkan oleh faktor genetik/faktor keturunan.
b.
Diabetes meliitus tipe II, disebabkan
karena rusaknya reseptor insulin. Tidak seperti tipe 1
diabetes melitus, resistensi insulin umumnya "post-reseptor", yang
berarti itu adalah masalah dengan sel-sel yang merespon insulin daripada
masalah dengan produksi insulin.
Insulin
berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel β pankreas. Insulin terdiri
atas dua rantai polipeptida. Struktu insulin manusia dan beberapa spesies
mamalia kini telah diketahui. Insulin manusia terdiri atas 21 residu asam amino
pada rantai A dan 30 residu pada rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh
adanya dua buah rantai disulfida.
Insulin disekresi sebagai respon atsa meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma darah. Konsentrasi ambang untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu antara 80-100 mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-500 mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Umur insulin dalam aliran darah sangat cepat. waktu paruhnya kurang dari 3-5 menit.
Insulin disekresi sebagai respon atsa meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma darah. Konsentrasi ambang untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu antara 80-100 mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-500 mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Umur insulin dalam aliran darah sangat cepat. waktu paruhnya kurang dari 3-5 menit.
Pada makalah
ini akan dibahas tentang hubungan metabolisme karbohidrat dengan Diabetes
Mellitus tipe II.
KASUS
KASUS
Nenek
Saodah berusia 60 tahun, dirawat di rumah sakit karena ada ulkus pada kaki kiri
yang tak kunjung sembuh. Dia juga sering buang air kecil berlebihan, makan
dan minum pun juga secara berlebihan.
Akan tetapi nenek Saodah tetap merasa lemas.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dari sampel darah dan urine dan
hasilnya antara lain sebagai berikut :
·
Glukosa puasa 160 mg/dl
·
Gllukosa 2 jam PP 350 mg/dl
·
Tes benedict +3
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes
mellitus berasal dari kata diuresis dan melitus (mania). Diabetes melitus
merupakan gangguan metabolisme karbohidrat yang bersifat kronis dan ditandai
dengan adanya kenaikan gula darah, glukosuria, dan kelainan metabolisme protein
dan lemak.
·
Diabetes tipe 1 disebabkan karena
rusaknya kelenjar pankreas yang merupakan produsen dari hormon insulin tepatnya
pada sel beta pankreas.
·
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistansi
insulin berarti bahwa sel-sel tubuh tidak merespon tepat ketika insulin hadir.
Tidak seperti tipe 1 diabetes melitus, resistensi insulin umumnya
"post-reseptor", yang berarti itu adalah masalah dengan sel-sel yang
merespon insulin daripada masalah dengan produksi insulin.
Insulin
adalah hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dan berfungsi untuk
menurunkan kadar gula darah dengan jalan :
a.
Meningkatkan pengangkutan glukosa
melalui membran sel ke dalam sel lemak dan sel otot.
b.
Mencegah pemecahan glikogen yang
sudah tersedia dalam organ hati.
c.
Meningkatkan pemasukan glukosa dari
darah ke sel-sel hati.
d.
Meningkatkan penyimpanan glukosa
sebagai glikogen.
e.
Menekan kecepatan glukoneogenesis
Gejala DM
adalah
TRIAS POLI
Efek yang
bermakna akibat peningkatan gluksa adalah dehidrasi sel-sel jaringan. Hal ini
terjadi sebagian karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati
pori-pori membran sel dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan ekstraseluler
menyebabkan timbulnya perpindahan osmotik air keluar dari sel. Selain efek
dehidrasi seluler langsung akibat glukosa yang berlebihan, keluarnya glukosa ke
dalam urin akan menimbulkan keadaan diuresis osmotik. Diuresis osmotik adalah
efek osmotik dari glukosa dalam tubulus ginjal yangsangat mengurangi reabsorpsi
tubulus. Efek keseluruhan adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urin
sehingga menyebabkan dehidrasi kompensatorik cairan intraseluler.
a. Poliuria
(pengeluaran urine secara berlebihan)
Disebabkan efek
diuresis osmotik dan glukosa dalam tubulus ginjal.
b. Polidipsi
(minum air secara berlebihan)
Disebabkan karena
adanya poliuria sehingga terjadi rasa haus.
c. Polifagia
(makan secara berlebihan)
Pada penderita DM kadar
glukosa intrasel berkurang, akibatnya semua sel-sel akan kekurangan glukosa
termasuk hipotalamus sehingga akan merangsang puat makanan.
Pada penderita Diabetes mellitus
terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, terjadi penurunan proses glikolisis
dan glikogenesis, serta terjadi peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Penderita diabetes mellitus memiliki jumlah protein
pembawa yang sangat rendah, terutama pada otot jantung, otot rangka dan
jaringan adiposa karena insulin yang mentranslokasikannya ke situs aktif tidak
tersedia. Kondisi ini diperparah pula dengan peranan insulin pada pengaturan
metabolisme glukosa. Glikolisis dan glikogenesis akan terhambat akan enzim yang
berperan dalam kedua jalur tersebut diinaktivasi tanpa kehadiran insulin.
Sedangkan tanpa insulin, jalur metabolisme yang mengarah pada pembentukan
glukosa diransang terutama oleh glukagon dan epinefrin yang bekerja melalui
cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Oleh karena itu, penderita
diabetes mellitus baik tipe I atau tipe II kurang dapat menggunakan glukosa
yang diperolehnya melalui makanan. Glukosa akan terakumulasi dalam plasma darah
(hiperglikemia).
B. Glikolisis
Secara
normal, Glikolisis adalah pemecahan molekul glukosa untuk membentuk dua molekul
asam piruvat. Glukosa pertama kali diubah menjadi fruktosa 1,6 fosfat dan
kemudian dipecahkan menjadi 2 molekul atom berkarbon 3 kemudian diubah menjadi
asam firuvat serta menghasilkan 2 molekul ATP. Asam piruvat akan dikonversi
menjadi 2 molekul asetilkoenzim.
C. Glikogenesis
Glikogenesis
adalah proses pembentukan glikogenin yang berasal dari glukosa dimana reaksi
ini terjadi di hati, otak dan otot segera setelah masuk dalam sel, glukosa
bergabung dengan satu radikal fosfat menjadi glukosa-6-fosfat dari gambar ini dapat dilihat bahwa glukosa-6-fosfat pertama tama diubah
menjadi glukosa-1-fosfat yang
kemudian diubah menjadi uridindifosfat
glukosa yang kemudian diubah menjadi glikogen
.
D. Glikogenolisis
Glikogenolisis
adalah proses pemecahan glikogen yang disimpan sel untuk menghasilkan kembali
glukosa di dalam sel. Glikogenolisis tidak dapat terjadi melalui pembalikan reaksi
kimia yang sama yang dipakai untuk membentuk glikogen, sebaliknya setiap
molekul glukosa pada masing-masing cabang polimer glikogen dilepaskan oleh
foforilasi dikatalisis oleh enzim fosforilase. Hormon yang berperan dalam
proses ini hormon epinefrin dan glukagon dapat mengaktifkan fosfoilase secara
khusus dan dengan demikina menimbulkan glikogenolisis secara cepat. Epinefrin dilepaskan
oleh medula adrenal bila system saraf
simpatis terang sang untuk meningkatkan persedian glukosa. Glukagon dilepaskan
oleh sel alfa pankreas jika konsentrasi gula darah turun sangat rendah.
E. Glukoneogenesis
Bila
simpanan karbohidrat tubuh berkurang dibawah normal,cukup banyak proses pembentukan glukosa dari asam amino
dan dari gugus glisterol lemak. Proses ini disebut glukoneogenesis. Hormon glukokortikoid
terutama kortisol yang dihasilkan korteks adrenal sangat penting untuk
pengaturan glukoneogenesis. Sebagian besar kortisol memobilisasi protein dan
mengalami dominasi dalam hati dan menghasilkan zat yang ideal untuk diubah
menjadi glukosa.
F. Karbohidrat
dan Insulin
Sel-sel
tubuh kita membutuhkan energi untuk bekerja. Kita makan untuk mendapatkan
energi dari makanan. Apapun yang kita makan memiliki Karbohidrat,
Protein dan Lemak sebagai zat energi menyediakan. Diet sehat
mengandung hampir 60% Karbohidrat, Protein 20% dan lemak 20%.
Setelah makan, komponen Karbohidrat makanan dipecah ke glukosa
dalam usus kita. glukosa ini mencapai di darah & kemudian
ke sel-sel tubuh. Glukosa ini perlu untuk masuk kedalam sel untuk menyediakan
energi. Tapi glukosa tidak bisa masuk dalam sel tanpa bantuan, yang disebut insulin.
Insulin adalah hormon terus menerus dilepaskan dari pankreas
& insulin ini membutuhkan glukosa dalam sel. Makanan diubah menjadi glukosa
& glukosa ini disediakan untuk sel-sel tubuh dengan bantuan insulin. Ini
adalah hormon yang diproduksi di pankreas kita. Ada sekresi insulin
terus menerus oleh pankreas dari lahir sampai mati. Setiap kali kita makan,
glukosa masuk dalam darah dan sebagai per masuknya glukosa; kuantitas
insulin yang dihasilkan oleh pankreas meningkat. Ini jumlah ekstra Insulin
kemudian menggeser glukosa datang dari makanan ke dalam sel-sel tubuh di mana
ia digunakan untuk menyediakan energi. Jika pankreas kita tidak menghasilkan
jumlah yang cukup insulin atau insulin beredar dalam darah bekerja kurang
efektif, kemudian setelah makan makanan, glukosa masuk dalam darah tetapi tidak
bisa digeser ke sel-sel tubuh dan dengan demikian tingkat mulai naik dalam
darah dan tahap ini disebut sebagai Diabetes . Jadi pada diabetes, di
satu sisi sel tubuh kekurangan glukosa dan pada glukosa sisi lain beredar dalam
tingkat tinggi dalam darah & akan dikonversi menjadi berbagai bahan kimia
yang merusak mata, ginjal, saraf, jantung. Tujuan mengobati diabetes adalah
untuk menjaga jumlah yang diinginkan insulin dalam darah, sehingga untuk
menjaga tingkat glukosa dalam rentang normal. Setiap strategi pengobatan, yang
dapat menjaga tingkat insulin dalam jumlah yang diperlukan, akan membantu dalam
menjaga tingkat glukosa dalam rentang normal.
G. Hubungan
Diabetes Mellitus type 2 dengan Metabolisme Karbohidrat.
Pada orang dengan metabolisme
normal, insulin dilepaskan dari sel-sel beta (ß) pulau Langerhans
pankreas setelah makan ( "postprandial"), dan mengirim sinyal ke
jaringan sensitif terhadap insulin dalam tubuh (misalnya, otot, adiposa ) untuk
menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan kadar glukosa darah. Sel-sel beta
mengurangi output insulin saat kadar glukosa darah turun, dengan akibat glukosa
darah dijaga pada sekitar 5 mmol / L (mM) (90 mg / dL). Pada orang dengan
resistensi insulin, kadar normal insulin tidak memiliki efek yang sama
pada sel-sel otot dan adiposa, dengan hasil kadar glukosa tetap lebih
tinggi dari biasanya. Untuk mengkompensasi hal ini, pankreas dalam individu resistensi
insulin dirangsang untuk melepaskan lebih banyak insulin. Tingkat insulin yang
tinggi memiliki efek tambahan yang menyebabkan efek biologis lebih lanjut
ke seluruh tubuh.
Jenis yang paling umum dari resistensi insulin
dikaitkan dengan kumpulan gejala yang dikenal sebagai sindrom metabolik.
Resistensi insulin dapat berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 (NIDDM).
Hal ini sering terlihat sebagai hiperglikemia postprandial, ketika ß-sel
pankreas tidak mampu memproduksi cukup insulin untuk menjaga kadar gula darah
normal (euglikemia). Ketidakmampuan sel-ß untuk menghasilkan insulin yang cukup
dalam kondisi hiperglikemia adalah apa yang menjadi ciri khas transisi dari
resistensi insulin untuk diabetes melitus tipe 2.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu. Keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan keadaan glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes tipe II.
Pada
DM type 2 diakibatkan karna rusaknya
reseptor insulin, insulin beredar dengan jumlah normal, sel beta pankreas pun
masih mampu untuk memproduksi insulin secara normal.
Monosakarida
yang merupakan hasil pencernaan karbohidrat di dalam usus, dimana 80% merupakan
glukosa , sedangkan galaktosa dan fruktosa mewakili masing masing 10%.
Glukosa
langsung bisa masuk ke aliran sirkulasi darah, di dalam darah terdapat hormon
insulin yang jumlahnya normal akan tetapi sel reseptor tidak bisa menangkap
insulin secara baik, sehingga glukosa di darah tidak bisa dibawa ke sel sel
tubuh dengan baik.
Reseptor
sel yang menerima insulin mengalami kerusakan, sehingga glukosa yang dibawa
insulin untuk diubah menjadi glikogen juga
rendah/ sedikit. Proses glikogenesis juga menurun, sel sel tubuh
mengalami kelaparan, ini menyebabkan gejala polifagia pada DM.
Lalu
proses selanjutnya, adalah terjadi peningkatan glikogenolisis dimana pemecahan
glikogen menjadi glukosa dalam sel meningkat karena tubuh kita membutuhkan
energi, sehingga berapapun glikogen yang ada di sel akan dipecah terus menerus
untuk mencukupi energi.
Akibat
jumlah glikogen yang minimal didalam sel tubuh, maka glukosa yang dihasilkan
juga rendah , asam piruvat yang dihasilkan juga rendah, ATP yang diproduksi pun
juga sedikit, akibatnya menjadi lemas.
Glukoneogenesis
meningkat, karena persediaan glukosa rendah maka akan
merangsang zat zat
seperti lemak dan vitamin untuk dipecah dalam menghasikan energi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes mellitus akan
mengalami gangguan metabolisme
karbohidrat. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan
diabetes mellitus dijelaskan oleh keberadaan hormon insulin.
Hormon insulin yang kurang akan menyebabkan terjadinya penurunan glikogenesis
dan glikolisis serta peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis, sehingga
ATP yang dihasilkan oleh glukosa juga
berkurang
DISKUSI
Pertanyaan :
1. Bagaimana
cara pemeriksaan Diabetes Mellitus dengan sampel darah pada Glukosa darah, TTGO
dan HbA1C ?
2. Apa
yang menyebabkan sel reseptor insulin rusak pada Diabetes Mellitus tipe 2 ?
Jawaban :
1. A.
Metode pemeriksaan glukosa darah
Bahan pemeriksaan yang
digunakan :
·
Darah / kapiler dari ujung jari
tangan atau kaki.
·
Plasma / serum
Plasma / serum harus segera
dipisahkan dari sel-sel darah dalam waktu 30 menit setelah pengambilan darh.
1) Secara
kimia
a) Secara
reduksi
·
Samogyi Nelson
Filtrat
dipanasi pada 1000 C selam 20 menit dengan larutan tembaga tartrat
basa sehingga terjadi reaksi oksidasi yang menghasilkan Cu2O.
Jumlah Cu2O yang
terbentuk sebanding dengan kadar glukosa. Seterusnya larutan ditambahi larutan
arsenomolibdat yang bereaksi asam maka terbentuk ikatan komplek arsenomolibdat
biru yang diukur pada 550 nm.
·
Hagedorn Jensen
Ion-2
ferricyanide yang kuning dalam suasana basa dan panas direduksi menjadi ion 2
ferrocyanide yang tidak berwarna. Ferricyanide direaksikan berlebihan, sesudah
reaksi dengan glukosa sisa ferricyanide ditentukan dengan Iodometri.
·
Folin Wu
Protein
darah diendapkan dengan cara Folin Wu. Pada akhirnya larutan ditambahi larutan
Phosphomolibdat membentuk ikatan molibdenum yang berwarna biru dan diukur
pada 420 nm.
b)
Secara kondensasi( dengan pembentukn
senyawa komplex yang berwarna)
·
O-Toluidin
Beberapa
senyawa aromatik bereaksi dengan glukosa dalam asam asetat panas dan
menghasilkan turunan-turunan berwarna. O-Toluidin berkondensasi dengan gugus
aldehyde dari glukosa menghasilkan suatu reaksi keseimbangan dengan
glikosilamine dan basa Schiff.
2)
Secara enzimatik
Contoh : GOD-PAP
Prinsip pemeriksaan :
Glukosa oleh enzim glukosa
oksidase akan diubah menjadi glukonic acid dan H2O2.H2O2
yang terjadi dengan adanya enzim peroksidase akan diubah menjadi H2O+On.
On yang terbentuk akan bereaksi dengan asam amino antipirin dan
2-dichlorophenol membentuk suatu senyawa yang berwarna merah.
Pada pemeriksaan enzimatik ini akan
membentuk hasil yang lebih rendah bila dibandingkan dengan cara kimiawi karena
pada enzimatik yang diukur adalah glukosa murni.
B.
TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
Untuk
menegakkan diagnosa DM yang meragukan dan mengetahui berat ringannya DM, cara
pelaksanaan :
1.
Tiga hari sebelumnya makan seperti
biasa
2.
Kegiatan jasmani secukupnya, seperti
yang biasa dilakukan
3.
Puasa semalam, selama 10-12 jam
4.
Kadar glukosa darah puasa diperiksa
5.
Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB,
dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum selama/dalam waktu 5 menit
6.
Diperiksa kadar glukosa darah 2
(dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap
istirahat dan tidak merokok.
C.
Pemeriksaan HbA1C
Pemeriksaan
hemoglobin terglikasi (HbA1C), disebut juga glycohemoglobin atau disingkat
sebagai A1C, merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk
mengevaluasi pengendalian gula darah. Hasil pemeriksaan A1C memberikan gambaran
rata-rata gula darah selama periode waktu enam sampai dua belas minggu
berdasarkan adanya kemampuan Hb dalam mengikat glukosa dimana ikatan ini
bersifat stabil dalam 3 bulan atau 120 hari dan hasil ini dipergunakan bersama
dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakukan
penyesuaian terhadap pengobatan diabetes yang dijalani. Pemeriksaan HbA1C
dianjurkan sedikitnya 2 kali setahun.
2.
Resistensi terhadap insulin terjadi
disebabkan oleh penurunan kemampuan hormon insulin untuk bekerja secara efektif
pada jaringan-jaringan target perifer (terutama pada otot dan hati), ini sangat
menyolok pada diabetes melitus tipe 2. Resistensi terhadap insulin ini
merupakan hal yang relatif. Untuk mencapai kadar glukosa darah yang normal
dibutuhkan kadar insulin plasma yang lebih tinggi. Pada orang dengan diabetes
melitus tipe 2, terjadi penurunan pada penggunaan maksimum insulin, yaitu lebih
rendah 30 - 60 % daripada orang normal. Resistensi terhadap kerja insulin
menyebabkan terjadinya gangguan penggunaan insulin oleh jaringan-jaringan yang
sensitif dan meningkatkan pengeluaran glukosa hati. Kedua efek ini
memberikan kontribusi terjadinya hiperglikemi pada diabetes. Peningkatan
pengeluaran glukosa hati digambarkan dengan peningkatan FPG (Fasting Plasma
Glukose) atau kadar gula puasa (BSN). Pada otot terjadi gangguan pada
penggunaan glukosa secara non oksidatif (pembentukan glikogen) daripada
metabolisme glukosa secara oksidatif melalui glikolisis. Penggunaan glukosa
pada jaringan yang independen terhadap insulin tidak menurun pada diabetes
melitus tipe 2.
Mekanisme
molekular terjadinya resistensi insulin telah diketahui. Level kadar reseptor
insulin dan aktifitas tirosin kinase pada jaringan otot menurun, hal ini
merupakan defek sekunder pada hiperinsulinemia bukan defek primer. Oleh karena
itu, defek pada post reseptor diduga mempunyai peranan yang dominan terhadap
terjadinya resistensi insulin. Polimorfik dari IRS-1 (Insulin Receptor
Substrat) mungkin berhubungan dengan intoleransi glukosa. Polimorfik dari
bermacam-macam molekul post reseptor diduga berkombinasi dalam menyebabkan
keadaan resistensi insulin.
Sekarang
ini, patogenesis terjadinya resistensi insulin terfokus pada defek PI-3 kinase
(Phosphatidyl Inocytol) yang menyebabkan terjadinya reduktasi
translokasi dari GLUT-4 (Glukose Transporter) ke membran plasma untuk
mengangkut insulin. Hal ini menyebabkan insulin tidak dapat diangkut masuk ke
dalam sel dan tidak dapat digunakan untuk metabolisme sel, sehingga kadar
insulin di dalam darah terus meningkat dan akhirnya menyebabkan terjadinya
hiperglikemi.
Ada teori
lain mengenai terjadinya resistesi insulin pada penderita diabetes melitus tipe
2. Teori ini mengatakan bahwa obesitas dapat mengakibatkan terjadinya
resistensi insulin melalui beberapa cara, yaitu; peningkatan asam lemak bebas
yg mengganggu penggunaan glukosa pada jaringan otot, merangsang produksi
dan gangguan fungsi sel β pankreas
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Lehninger,
Albert.L.Alih bahasa oleh Dr.Ir.Maggy Thenawidjaja.1982. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta : Erlangga.
2.
Anonim.Dasar-Dasar
Bikimia Jilid 1, 2 dan 3. Jakarta : Erlangga
3.
Dr.Arisman. M.kes 2010.
Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas. Jakarta :EGC
Subscribe to:
Posts (Atom)